25 Maret 2011

APPENDISITIS


  • Pengertian
    • Appendisitis adalah inflamasi akut pada appendisitis verniformis dan merupakan penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Brunner & Suddart, 1997)

 
  • Etiologi
    Appendisitis tersumbat atau terlipat oleh:
    • Fekalis/ massa keras dari feses
    • Tumor, hiperplasia folikel limfoid
    • Benda asing

       
  • Patofisiologi
    Appendisitis yang terinflamasi dan mengalami edema. Proses inflamasi meningkatkan tekanan intra luminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif dalam beberapa jam, terlokalisasi di kuadran kanan bawah dari abdomen. Appendiks terinflamasi berisi pus.
    Apendik belum diketahui fungsinya, merupakan bagian dari sekum. Peradangan pada apendik dapat terjadi oleh adanya ulserasi dinding mukosa atau obstruksi lumen (biasanya oleh fecolif/ faeses yang keras). Penyumbatan pengeluaran sekret mukus mengakibatkan perlengketan, infeksi dan terhambatnya aliran darah. Dari keadaan hipoksia menyebabkan gangren atau dapat terjadi ruptur dalam waktu 24-36 jam.
    Bila proses ini berlangsung terus-menerus organ disekitar dinding apendik terjadi perlengketan dan akan menjadi abses (kronik). Apabila proses infeksi sangat cepat (akut) dapat menyebabkan peritonitis. Peritonitis merupakan komplikasi yang sangat serius. Infeksi kronis dapat terjadi pada apendik, tetapi hal ini tidak selalu menimbulkan nyeri di daerah abdomen.
  • Tanda Dan Gejala
    • Nyeri kuadran kanan bawah dan biasanya demam ringan
    • Mual, muntah
    • Anoreksia, malaise
    • Nyeri tekan lokal pada titik Mc. Burney
    • Spasme otot
    • Konstipasi, diare
(Brunner & Suddart, 1997)
  • Pemeriksaan Diagnostik
    • Sel darah putih : lekositosis diatas 12000/mm3, netrofil meningkat sampai 75%
    • WBC yang meningkat sampai 20.000 mungkin indikasi terjadinya perforasi (jumlah sel darah merah)
    • Urinalisis : normal, tetapi eritrosit/leukosit mungkin ada
    • Foto abdomen : Adanya pergeseran material pada appendiks (fekalis) ileus terlokalisir
    • Tanda rovsing (+) : dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa dikuadran kanan bawah
(Doenges, 1993; Brunner & Suddart, 1997)
  • Komplikasi
    • Komplikasi utama adalah perforasi appediks yang dapat berkembang menjadi peritonitis atau abses apendiks
    • Tromboflebitis supuratif
    • Abses subfrenikus
    • Obstruksi intestinal

 
  • Penatalaksanaan
    • Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan
    • Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai pembedahan dilakukan
    • Analgetik diberikan setelah diagnosa ditegakkan
    • Apendiktomi dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi.
(Brunner & Suddart, 1997)
  • Pengkajian
    • Aktivitas/ istirahat: Malaise
    • Sirkulasi : Tachikardi
    • Eliminasi
      • Konstipasi pada awitan awal
      • Diare (kadang-kadang)
      • Distensi abdomen
      • Nyeri tekan/lepas abdomen
      • Penurunan bising usus
    • Cairan/makanan : anoreksia, mual, muntah
    • Kenyamanan
      Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilikus yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau nafas dalam
    • Keamanan : demam
    • Pernapasan
      • Tachipnea
      • Pernapasan dangkal
(Brunner & Suddart, 1997)
  • Diagnosa Keperawatan Dan Intervensi
    • Resiko tinggi terjadi infeksi b.d tidak adekuatnya pertahanan utama, perforasi, peritonitis sekunder terhadap proses inflamasi
Tujuan : tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil :
  • Penyembuhan luka berjalan baik
  • Tidak ada tanda infeksi seperti eritema, demam, drainase purulen
  • Tekanan darah >90/60 mmHg
  • Nadi < 100x/menit dengan pola dan kedalaman normal
  • Abdomen lunak, tidak ada distensi
  • Bising usus 5-34 x/menit
Intervensi :
  1. Kaji dan catat kualitas, lokasi dan durasi nyeri. Waspadai nyeri yang menjadi hebat
  2. Awasi dan catat tanda vital terhadap peningkatan suhu, nadi, adanya pernapasan cepat dan dangkal
  3. Kaji abdomen terhadap kekakuan dan distensi, penurunan bising usus
  4. Lakukan perawatan luka dengan tehnik aseptik
  5. Lihat insisi dan balutan. Catat karakteristik drainase luka/drain, eriitema
  6. Kolaborasi: antibiotic

 
  • Nyeri b.d distensi jaringan usus oleh inflamasi, adanya insisi bedah
Kriteria hasil :
  • Persepsi subyektif tentang nyeri menurun
  • Tampak rileks
  • Pasien dapat istirahat dengan cukup

 
Intervensi :
  1. Kaji nyeri. Catat lokasi, karakteristik nyeri
  2. Pertahankan istirahat dengan posisi semi fowler
  3. Dorong untuk ambulasi dini
  4. Ajarkan tehnik untuk pernafasan diafragmatik lambat untuk membantu melepaskan otot yang tegang
  5. Hindari tekanan area popliteal
  6. Berikan antiemetik, analgetik sesuai program

 
  • Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh b.d inflamasi peritoneum dengan cairan asing, muntah praoperasi, pembatasan pasca operasi
Kriteria hasil :
  • Membran mukosa lembab
  • Turgor kulit baik
  • Haluaran urin adekuat: 1 cc/kg BB/jam
  • Tanda vital stabil

 
Intervensi :
  1. Awasi tekanan darah dan tanda vital
  2. Kaji turgor kulit, membran mukosa, capilary refill time
  3. Monitor masukan dan haluaran . Catat warna urin/konsentrasi
  4. Auskultasi bising usus. Catat kelancara flatus
  5. Berikan perawatan mulut sering
  6. Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila pemasukan peroral dimulai dan lanjutkan dengan diet sesuai toleransi
  7. Berikan cairan IV dan Elektrolit

 
  • Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d kurang informasi
Kriteria hasil :
  • Menyatakan pemahamannya tentang proses penyakit, pengobatan
  • Berpartisipasi dalam program pengobatan

 
Intervensi :
  1. Kaji ulang pembatasan aktivitas paska operasi
  2. Dorong aktivitas sesuai toleransi dengan periode istirahat periodik
  3. Diskusikan perawatan insisi, termasuk mengganti balutan, pembatasan mandi
  4. Identifikasi gejala yang memerlukan evaluasi medik, contoh peningkatan nyeri, edema/eritema luka, adanya drainase
(Doenges, 1993)

 

 
DAFTAR PUSTAKA
  • Doenges, Marilynn E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta. EGC

 
  • Price, SA, Wilson,LM. (1994). Patofisiologi Proses-Proses Penyakit, Buku Pertama. Edisi 4. Jakarta. EGC

 
  • Smeltzer, Bare (1997). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & suddart. Edisi 8. Volume 2. Jakarta, EGC

 
  • Swearingen. (1996). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 2. K\Jakarta. EGC



 
PATHWAYS APENDISITIS

 

 

 
Idiopatik         makan tak teratur        Kerja fisik yang keras

 
            
Massa keras feses
            

 
Obstruksi lumen
            
            
Suplay aliran darah menurun
Mukosa terkikis

 

 
Peradangan pada appendiks     distensi abdomen

 
                 
 

 

 
Menekan gaster

 

 
Appendiktomy pembatasan intake cairan peningkatan produksi HCL

 

 
Insisi bedah
mual, muntah

 

 
Terputusnya
Kontinuitas Jaringan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar